Minggu, 16 Februari 2014

Ketika Dia Melepaskan Genggamannya


ketika dia melepaskan genggamannya
ketika dia melepaskan genggamannya
Ini cerita tentang kami dimalam itu. Dimana saat aku dan kamu pergi bersama ke sebuah mall di kota ku untuk menonton sebuah film yang sudah ku tunggu-tunggu. Kenapa aku menunggu film itu? Karna disaat aku menonton trailer film tersebut ada salah satu idola ku ikut bermain peran disana. Dia adalah Aaron Ashab. Iya aku memang sangat mengidolakannya. Tapi aku tidak akan membahas tentang filmnya.  Aku akan bercerita tentang kejadian dimalam itu.  
 Saat itu, Dia (pacarku) yang ingin membahagiakan ku pun mengajak ku untuk menonton film itu.
Waktu telah menunjukan pukul delapan malam. Dan kami baru sampai dimall itu. Sedangkan saat aku melihat tiket yang sudah dia beli sebelumnya film tersebut sudah mulai pemutarannya sejak lima belas menit yang lalu. Iya! Kami memang terlambat. Itu semua karna akhir-akhir ini dia sedikit berubah.  Akhir-akhir ini dia selalu sibuk! Iya sibuk dengan alasannya yang banyak itu, sampai-sampai untuk menjemput pergi nonton saja sampai telat begitu.
Dia yang juga mulai tergesah-gesah menggenggam tanganku untuk menuntun langkah kaki ku agar lebih cepat dalam melangkah. Hingga kami sampai di lantai lima. Dan kami pun langsung menuju ruang bioskop. Ditempat yang biasanya terlihat orang-orang ramai menunggu pemutaran film pun sudah sepi, itu karena mereka sudah masuk lebih dulu. Tapi kelihatannya kami tidak sendiri! Dibelakang kami terlihat tiga gadis cantik berpenampilan modis nan menawan dengan tatanan rambut yang terurai rapi, memakai high heels, lengkap dengan tas cantik model masa kini. Tapi tak disangka, salah seorang dari gadis-gadis cantik itu tiba-tiba menyapa dia yang kini sedang mengganggam erat tanganku. Salah seorang dari gadis tersebut mengenal pacarku. Aku yang tadinya melihatnya pun menjadi terkejut saat gadis itu langsung mendatangi kami dan menaruh tanggannya dipundak pacarku. Aku hanya diam, aku tak mengeluarkan satu katapun. Yang ku rasakan saat itu adalah dia dengan cepat melepas genggaman tanggannya yang sejak tadi menggenggam erat tanganku. Aku tak tau kenapa dia begitu. 
Aku hanya terdiam, dan saat dia tiba-tiba seolah sedikit melangkah beberapa langkah menjauhi ku sedikit lebih ke depan tubuhku, dengan keadaan membelakangi ku dan malah mendekatkan tubuhnya dengan ketiga gadis itu. Aku tak sedikit pun mendengar pembicaraan dia dengan gadis-gadis cantik itu. Jujur saja aku sedikit tersinggung dengan perlakuannya yang terlihat sedikit melupakan ku saat bertemu dengan gadis yang jauh lebih sempurna dibanding aku. Aku sampai terpikir bahwa saat dia melepaskan genggaman tangannya, aku merasa dia malu punya pacar seperti aku yang tak pantas untuk dipamerkan dengan teman-teman cantiknya itu. Berlebihan? Mungkin terlihat seperti itu, tapi pikiran itu terlintas saat sekali lagi aku mengalihkan pandangan ku pada ketiga gadis itu dan kembali ku tatap pakaian ku yang tak terlihat feminim. Aku hanya memakai kaos yang ku lapisi dengan jaket jeansku dan aku hanya memakai sepatu kets bukan high heels seperti mereka yang terlihat memiliki kaki yang indah.

ketika dia melepaskan genggamannya
-

 Sampai akhirnya mereka tertawa bersama-sama. Hey apa-apaan ini? Sudah hampir dua sampai tiga menit mereka berbincang tanpa ku ketehui apa yang mereka bicarakan dan mereka seperti tak menghargai kehadiranku. Sampai akhirnya dia membalikkan tubuhnya kembali ke arah ku.
Aku meraih tangannya, ingin menggandengnya sama seperti dia menggenggam tanggan ku saat ingin menuntunku untuk melangkah lebih cepat. Aku pun begitu, ingin segera memasuki ruang bioskop yang sudah sejak tadi memutar film. Tapi untuk kali ini dia malah melepaskan genggaman tanganku. Apa yang terjadi? Dia malu? Karna kami memang masuk bersamaan dengan ketiga gadis cantik itu. Baiklah aku hanya mencoba diam.
Saat melihat pemutaran film tersebut aku sedikit kecewa. Sudah banyak cerita yang terlewatkan saat kami terlambat dan membuang-buang waktu didepan ruang bioskop saat dia bertemu dengan gadis-gadis itu. Saat menonton pun kami seperti orang yang tak saling mengenal. Kami hanya fokus pada layar lebar yang berada didepan kami. Walau kadang sesekali aku menoleh ke arah wajahnya yang terlihat dingin tapi tak sedikit pun ada rasa ingin membuka pembicaraan. Walau hanya sekedar menanyakan bagaimana jalan cerita yang kami tonton baginya. Sekitar satu jam kami menonton, film tersebut pun selesai. Entah kenapa, dia tak segera beranjak dari tempat duduk. Aku juga tak menanyakan kenapa dia tak ingin segera beranjak berdiri dari tempat duduk dan pergi pulang. Tapi aku menangkap sebuah isyarat yang ku yakini itu benar. Dia menunggu tiga gadis itu keluar lebih dulu, lalu dia beranjak keluar. Setelah ketiga gadis itu keluar, barulah kami menuju pintu keluar ruang bioskop. Malam itu aku terlihat ngantuk dan lesu dengan langkah yang lambat. Tapi kali ini tanpa bicara, dia menggenggam erat kembali tanganku. Aku sedikit tersenyum dalam hati. Sungguh aku merasakan semangat kembali. Tapi sialnya kami bertemu lagi dengan tiga gadis cantik itu diparkiran dan aku merasakan kembali hal yang sama. Dengan cepat dia melepas genggaman tangannya. Baik cukup! Sudah tiga kali aku merasakan hal seperti ini di malam ini. Aku cukup diam, jauh didalam hatiku terasa ada sedikit rasa sakit. Rasa sadar diri ku akan keadaan ku pun memuncak, segala pikiran negatif ku muncul dari arah mana pun. Sampai dititik pikiranku yaitu, dia melepas genggamannya karena rasa malunya terhadap teman-temannya akan diriku. Entah ini berlebihan atau apa, tapi aku merasa begitu. 


Aku memang tak pantas untuk dikenalkan dengan mereka, dan sudah cukup kamu mengabaikan ku malam ini. Sungguh aku tak berlebihan, tapi apakah salah kamu tetap menggenggap tangan ku saat didepan mereka? Apa yang membuatmu begitu gengsi untuk berdiri bersamaku saat didepan mereka? Kadang hal kecil seperti itu pun akan menyakitkan saat kamu lakukan berulang-ulang. Aku tau mungkin ini tidak akan mempengaruhi hubungan kita, tapi bukan begini caranya memperlakukan ku. Terima kasih telah menyembunyikan diriku dari teman-teman mu yang jauh lebih sempurna dibanding aku. 
 



18 komentar:

  1. satu hal yang pengen saya bilang saat baca post ini, *pukpukpuk *tepuk pundak
    saya ngerti banget perasaan seperti ini..
    saya rasa perasaan kamu emang ngga berlebihan, itu wajar adanya.. be struggle :)
    kasih pacar kamu posting saya aja hihihih *jadinya promo
    http://dishayulinda.blogspot.com/2014/02/wanna-make-her-happy.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah mengerti :)
      Oke, saya bakal baca itu postingan deh hhe.
      Gapapa promo dikit ga bayar sih kalau disini.

      Hapus
  2. *terdiam**terbatu-batuk**kembali ke dunia nyata*
    ini pengalaman pribadi? kenapa diem aja gitu waktu nglepas tangannya? harusnya tanya gitu sih jangan dipendem biar ngga menumpuk hehehe. be strong yaaa :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah pernah tanya, tapi ga dapat jawaban :) akhirnya hubungannya yang berakhir.

      Hapus
  3. cowok kayak gitu tampar aja tampar. Sedih banget ini :'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duuh tampar yah? apa ga terlalu sadih tuh? :")

      Hapus
  4. Sedih Yah:" .. udah move on aja Kak :D

    BalasHapus
  5. Hmm lain kali kalau punya pacar kaya gitu, langsung aja ngomong kalau kamu ga suka atas perlakuannya yang seperti itu. Jangan diam-diam mewek. Haha

    BalasHapus
  6. aduh galau banget ini ya. sakit bnget kayaknya. ini kejadian nyata ya? puk puk deh. semoga tabah ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga galau-galau banget sih, cuma sedikit sakit hhe

      Hapus
  7. aduh, makanya aku ngga suka pacaran :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hhe iya, semua orang pasti punya pilihannya masing-masing.

      Hapus
  8. Template baru ya kak.. :D
    Kasihan yak ceweknya, ceritanya menggunakan sudut pandang orang pertama, kemungkinan cerita ini benar terjadi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sudut pandang orang pertama, ya mungkin karna yang nullis yang ngerasain hhe

      Hapus